Gunung Rinjani

Perjalanan Mendaki Rinjani



Rinjani Menuju Geopark Dunia

Dalam berita yang dimuat Kompas pada tanggal 28 dan 29 Januari 2016, Taman Nasional Gunung Rinjani sedang diperjuangkan untuk masuk dalam Global Geopark Network (Jaringan Taman Bumi) yang dikelola oleh UNESCO. Dalam berita yang diturunkan, sosialisasi tentang rencana ini masih belum melibatkan warga masyarakat di desa paling akhir Rinjani, yaitu Sembalun Lawang. Jika Rinjani berhasil masuk dalam jajaran GGN, ini akan mengubah kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat dan masyarakat di kaki Gunung Rinjani.

Keindahan dan keelokan Gunung Rinjani memang pantas jika diperjuangkan menjadi salah satu Geopark Dunia. Rinjani adalah gunung impian para pendaki gunung. Tak heran banyak pendaki gunung yang belum merasa puas sebelum mencapai puncak Rinjani.

Kawasan taman bumi Rinjani terbentang dari Kabupaten Lombok Timur, Utara, Tengah, dan Barat, seluas 2.800 kilometer persegi serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT. Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726m dpl, adalah gunung tertinggi ke dua di Indonesia, dari puncaknya kita bisa melihat Pulau Lombok bagian utara. Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang ke arah timur dan barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara= laut, danau) seluas 11.000.000m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Di Segara Anak ada banyak ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut. Oleh karena warna airnya yang membiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut "Segara Anak".

Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m dpl. Gunung yang merupakan anak gunung Rinjani ini lumayan aktif, karena baru saja meletus pada 20 Oktober 2015, pukul 10.45 WITA, yang menyebabkan beberapa penerbangan dari dan ke Bandara Ngurah Rai, Bali, ditutup. Namun sekarang sudah kembali ke status normal, dan pendakian ke Rinjani pun sudah dibuka kembali. Gunung ini pernah meletus juga sebelumnya pada 2 Mei 2009 dan berlangsung selama hampir satu bulan penuh, setelah sebelumnya pernah meletus tahun 2004. Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, letusan tahun 2009 menelan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak. Sebelumnya, Gunung Baru Jari tercatat juga pernah meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), kemudian pada tahun 1966, dan tahun 1994.


Jalur Darat Jakarta - Lombok

Akhirnya, setelah persiapan selama 3 bulan, pada tanggal 2 Agustus 2015 perjalanan mendaki tiga gunung pun kami mulai. Sesuai dengan anggaran yang kami rencanakan perjalanan awal ini kami mulai dengan naik kereta menuju Surabaya. Dari Surabaya menyebrang ke Bali, dari Bali ke Mataram, Lombok, menggunakan bis. Perjalanan darat ini kami tempuh selama 4 hari 3 malam, termasuk menyebrangi pulau Bali, lewat pelabuhan Ketapang, Banyuwangi  ke pelabuhan Gili Manuk, Bali. Setelah menyeberang perjalanan kami lanjutan menuju Denpasarmenuju pelabuhan Padang Bai di timur pulai Bali dan menyeberang ke pelabuhan Lembar di pulau Lombok.


Rincian Perjalanan Darat menggunakan Kereta Api dan Bis:

Jakarta – Bali 
Kereta Ekonomi Gaya Baru Malam jurusan Jakarta Kota - Gubeng Surabaya- Terminal Bungur Surabaya. Dari terminal ini Kita bisa memilih bis yang langsung menuju Mataram lewat Denpasar, Bali. Atau estafet dari Surabaya – Banyuwangi – Menyebrang menggunakan feri Ketapang – Gili Manuk – Terminal Ubung, Denpasar. Dari Terminal Ubung menuju Pelabuhan Padangbai menggunakan mobil carry.

Bali – Mataram – Sembalun
Dari Pelabuhan Padangbai naik ferry menuju Pelabuhan Lembar Lombok lama perjalanan 4-5 jam.Dari Pelabuhan Lembar menuju Terminal Mandalika Mataram menggunakan mobil carry dengan lama perjalanan sekitar 2 jam. Dari Terminal Mandalika naik mobil engkel (sejenis elf) menuju Pasar Aikmel, dengan waktu tempuh 1 jam.Di Pasar Aikmel ini kami berbelanja kebutuhan logistik pendakian. Dari Pasar Aikmel menuju Sembalun Lawang menggunakan mobil pick up, dengan waktu tempuh 2 jam.

Jalur Udara Jakarta – Lombok
Menuju Lombok, kita juga bisa menggunakan pesawat dari Jakarta (CKG) menuju Bandara Lombok Praya (LOP). Perjalanan ini butuh waktu 2 jam 55 menit.

Bandara - Sembalun (langsung) 
Dari Bandara Internasionl Lombok kita bisa menyewa mobil menuju Sembalun Lawang dengan tarif sekitar Rp500.000 bisa diisi sampai 10 orang dengan lama perjalanan 3-4 jam.

Bandara  - Sembalun (estafet)
Jika Kita memilih jalur estafet, pertama Kita tetap harus mencarter mobil tujuan hanya sampai di Kopang, Lombok Tengah dengan ongkos Rp200.000. Dilanjutkan naik Mini Bus jurusan Labuhan Lombok dan turun di Aikmel dengan ongkos sebesar Rp15.000. Dilanjutkan naik mobil pick up ke Sembalun Lawang dengan ongkos Rp25.000 per orang, dengan lama perjalanan sekitar 4 jam.

Atau kita bisa juga menggunakan cara lain yaitu naik bus bandara jurusan Senggigi dan turun diterminal Mandalika dengan tarif Rp. 30.000, kemudian naik bus menuju Aikmel dengan tarif Rp. 25.000. Dari Aikmel naik mobil pick up ke Sembalun Lawang dengan biaya Rp. 25.000. Total lama perjalanan sekitar lima jam.



Di atas feri dari Pelabuhan Ketapang – Gili Manuk.




Gunakan istirahat sebaik mungkin.Perjalanan feri dari Pelabuhan Padang Bai – Lembar yang lumayan lama kami gunakan sebaik-baiknya untuk istirahat.




Di atas pick up menuju Sembalun Lawang.



Desa Sembalun Lawang di kejauhan.


Perjalanan Mendaki Rinjani

Menuju Sembalun Lawang
Lembar – Mataram menggunakan Angkot
Mataram – Selong menggunakan Bis
Selong – Sembalun Lawang menggunakan pick up/angkot
Jarak tempuh 10 km
Lama perjalanan 4,5-5 jam

Setelah menempuh perjalanan panjang dari Jakarta ke Lombok, akhirnya sampai juga kami di Desa Sembalun Lawang. Pendakian ke puncak Rinjani bisa dilakukan dari dua arah yaitu Sembalun Lawang atau Senaru Lawang. Kami memilih melewati Sembalun Lawang dan turun melewati Senaru Lawang.

Setelah istirahat sejenak sambilmengurus surat izin masuk atau Simaksi serta marapikan perbekalan yang kami beli di pasar Aikmal. Hari itu adalah tanggal 5 Agustus 2015, pukul 15.30 kami memulai pendakian dengan memasuki kawasan padang rumput kering masih di sekitar Sembalun Lawang. Bulan Agustus pada tahun 2015 merupakan bulan kemarau panjang, berbeda dengan tahun 2016 yang sampai akhir Agustus pun masih hujan. Alhasil perjalanan di padang rumput kering itu kami bergumul dengan peluh dan debu, hehehe. Tapi tetap menyenangkan. Di Sembalun Lawang ini ada beberapa penginapan yang bisa kita gunakan beristirahat setelah mendaki.



Sembalun Lawang (Gerbang) – Pos I

Ketinggian: 1156m dpl
Jarak tempuh: kurang lebih 2-3 jam

Tip Mendaki dari Sembalun Lawang
Siapkan perbekalan air yang cukup, karena selama perjalanan ini tidak ada sumber air yang bisa kita jumpai.

Gunakan masker penutup hidung dan mulut, jika kondisi perjalanan kering dan penuh debu.



Kantor Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Sembalun Lawang tempat untuk mengurus izin pendakian ke Rinjani.




Kami yang sudah siap mendaki di depan pintu gerbang di desa Sembalun Lawang, sebagai pintu masuk menuju Rinjani.


Tidak terasa senja, surya semakin terbenam dan kami masih terus melanjutkan berjalan dibantu dengan cahaya di kepala (headlamp dan insting). Kami baru menempuh setengah perjalanan menuju Pos 1 namun karena waktu sudah menunjukkan 20.30  malam dan badan sudah lelah, kami memutuskan untuk istirahat dan mendirikan tenda. Perjalanan panjang ini kami tempuh 2,5 jam.


Mendirikan tenda untuk istirahat dan dalam perjalanan jalan menuju Pos 1.


Hari kedua perjalan sesungguhnya kami mulai. Sang Surya sudah lumayan tinggi, ketika kami bersiap melanjutkan perjalanan. Tujuan perjalanan kami hari ini adalah Plawangan Sembalun. Pukul 09.00 pagi kami berangkat menuju Pos 1, Pos 2, dan  Pos 3 yang masih harus melewati padang rumput luas dan panjang. Perjalanan di bawah terik matahari semakin memberatkan langkah, keringat membasahi tubuh, debu yang menempel pun lumayan tebal. Jalur yang kita lalui menuju Pos 1 dan Pos 2 ini agak menanjak mengikuti aliran sungai kering dan ketika jalan setapaknya sedikit menurun jalurnya agak curam dan licin. Tidak ada sumber air di area ini. Jadi perlu membawa air lumayan banyak untuk minum dan memasak.



Jalur padang rumput yang luas dan panjang yang akan kita temui jika kita mendaki melalui Sembalun Lawang. 



Padang rumput yang sangat luas ini harus kami lalui dari Pos 1 menuju Pos 2 dan Pos 3.



Inilah pos 1 yang di sebut sebagai Pos Pemantauan. Pos ini berada di ketinggian kurang lebih 1.300 dpl.


Perjalanan kami dari tempat istirahat menuju Pos 1 tidak terlalu jauh. Untuk itu kami hanya istirahat sebentar saja di Pos 1 ini, mengingat target perjalanan kami hari ini adalah mencapai Plawangan Sembalun yang masih sangat jauh.
Menjelang makan siang kami sampai di Pos 2 yang diberi nama Pos Tangengean yang berada di antara dua bukit dan di ketinggian 1.500 dpl. Ada sungai kering dan jembatan di atasnya. Di tempat ini ada sumber air dan juga toilet. 


Jembatan di atas sungai kering di Pos 2 Tengengean. Dalam foto terlihat banyak porter yang disewa pendaki untuk membawa barang-barang mereka.



Inilah Pos 2 yang ramai disinggahi para pendaki, baik lokal maupun wisatawan luar negeri.



Setelah istirahat dan makan siang, perjalanan kami lanjutkan menuju Pos 3 yang diberi nama Pos Pada Balong. Perjalanan sesungguhnya mendaki Gunung Rinjani di mulai di sini. Ada dua jalur yang bisa kita tempuh, jalur Kanan (Jalur Penyesalan) atau jalur Kiri (Jalur Penderitaan). Keduanya tidak ada yang enak hehehe karena kita harus mendaki 9 bukit sebelum akhirnya sampai di Plawangan Sembalun.


Inilah jalur Penyesalan yang kami pilih, hehehe.



Saat kami mendaki sedang ada acara Triatlon Internasional di Gunung Rinjani. Sehingga suasana di atas gunung sangat ramai.


Setelah menempuh 9 jam perjalanan dari tempat kami menginap sebelumnya, sampailah kami di Plawangan Sembalun pukul 18.00. Ini adalah tempat terakhir untuk mendirikan tenda sebelum menuju puncak Anjani, daerah ini berada di ujung beberapa lereng bukit yang panjang.


Pos Plawangan Sembalun yang sudah dipenuhi oleh tenda-tenda para pendaki. Tempat ini berada di ketinggian 2639m dpl.


Plawangan Sembalun ini berada di ketinggian 2693 dpl, tentu saja sangat dingin dan berangin keras. Di tempat ini kita bisa melihat danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari lumayan jelas. Di tempat ini ada sumber air berupa pancuran dan toilet. Hati-hati di tempat ini ada banyak monyet yang cukup agresif yang suka mencuri makanan.


Monyet seperti ini banyak berkeliaran di Plawangan Sembalun. Hati-hati karena cukup agresif dan sering mencuri makanan.


Setelah mendirikan tenda dan makan malam, kami mengevaluasi dan menyesuaikan dengan jadwal esok hari, setelah itu kami istirahat. Berada di puncak Anjani, 3726 dpl saat mentari terbit adalah tujuan kami. Untuk itu kami perlu berangkat mendaki puncak besok tengah malam. Jadi sejak pagi hingga siang esok hari kami masih punya waktu untuk istirahat dan menyiapkan mental menghadapi jalan-jalan terjal menuju puncak.

Esok harinya kami memindahkan tenda ke tempat yang sedikit lebih mendekati Puncak, tapi masih di kawasan  Pelawangan Sembalun. Petang pun tiba, kami beristirahat sampai tengah malam. Sekitar jam 12.00 malam kami bangun dan bersiap, malam itu dingin, angin keras bertiup membuat tubuh menggigil kedinginan.  Siapkan minuman hangat dan makan makanan ringan sebelum berangkat. 

Jam menunjukkan 00.30, kami sudah mulai mendaki jalan pasir menanjak yang menyita tenaga kami, nafas kami mulai sesak, karena oksigen pada malam hari menurun, angin yang bertiup kencang tanpa dihalangi bukit, kami berjalan di atas punggungan gunung, sementara jurang yang ada di kanan dan kiri kami memaksa untuk lebih meningkatkan mental serta kehati-hatian dalam melangkah, sementara gundukan pasir penghalang angin yang selalu ramai di singgahi untuk berlindung.

Perlu ekstra hati-hati saat dalam perjalanan menuju puncak ini. Oleh karena sulitnya medan jika harus membawa beban untuk itu kita harus meninggalkan perlengkapan pendakian di dalam tenta di Plawangan Sembalun. Bawalah makanan ringan penuh kalori seperti biscuit dan coklat ketika mendaki puncak. Memakai sepatu khusus mendaki gunung, selalu hati-hati melangkah, dan semangat pantang menyerah adalah kunci sukses untuk kita sampai di puncak.


Penampakan jalur menuju puncak Anjani pada siang hari.



Inilah jalan-jalan terjal yang harus dilalui menuju puncak Anjani di ketinggian 3627 dpl. Perlu kehati-hatian ekstra melalui jalan ini karena mungkin saja terpeleset dan berakibat fatal.


Setalah 3,5 jam perjalanan dari Plawangan Sembalun, akhirnya kami menjejakan kaki juga di puncak tertinggi kedua di Indonesia yaitu Puncak Anjani, Gunung Rinjani. Kelelahan dan rasa pegal-pegal di kaki tidak terasa lagi, kalah oleh indahnya warna jingga sinar sang surya yang mulai terlihat. 

Hangatnya sinar matahari pagi itu juga mulai menghangatkan tubuh kami yang membeku. Keindahan ciptaan Tuhan yang Maha Besar yang kami saksikan ketika berada di Puncak Anjani, memang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Luaaar Biasaaa sepertinya itu yang bisa kami rasakan. Sensasi mencapai puncak inilah yang membuat ketagihan para pendaki untuk mendaki dan mencapai puncak lagi dan lagi.


Sinar mentari pagi 8 Agustus 2015 di Puncak Rinjani. Inilah puncak dengan ketinggian 3726m dpl.




Kami seluruh tim berada di Puncak Rinjani.




Segara Anak dan Gunung Baru Jari jika di lihat dari Puncak Anjani.


Setelah lumayan lama berada di puncak dan tentu saja mengabadikan pencapaian ini, jam 09.00 kami memutuskan turun ke Plawangan Sembalun untuk lanjut ke Segara Anak. Perjalanan turun jauh lebih riskan dan berbahaya, sehingga menuntut kehati-hatian ekstra. Kunci keselamatannya adalah fokus dan memperhatikan setiap langkah kita. Kecerobohan berakibat fatal.

Perjalanan dari puncak ke Pelawangan Sembalun kami tempuh sekitar 3 jam. Suasana Plawangan Sembalun Sekitar tampak ramai. Ada kejadian yang mengecewakan kami. Kami kecurian, tenda kami dibobol pencuri dan ada beberapa barang kami yang hilang. Sebagai saran ketika mendaki Rinjani sebaiknya dirikan tenda di tempat yang lebih ramai dan gembok. Atau yang lebih aman adalah menyewa porter untuk menjaganya.

Setelah istirahat, makan siang, dan merapikan tenda, sekitar 14.30 kami bergegas menuju Segara Anak, danau yang berada di Gunung Rinjani, di mana Gunung Barujari yang aktif muncul di tengah-tengahnya. Perjalanan menjadi lebih ekstrem karena kami berjalan menuruni jalan setapak bebatuan, jika tidak waspada maka nyawa taruhannya. Diperjalanan kami menjumpai kabut dan senja yang mulai datang. Pukul 18.30 kami sampai di Segara Anak, suhu mulai menurun dan kami segera membangun tenda, makan malam, dan mengevalusi perjalanan.

Tip

Selalu menjaga barang bawaan karena banyak pencuri di gunung Rinjani.

Usahakan menyewa porter untuk menjaga barang bawaan ketika pergi ke puncak.

Hati-hati saat melewati pelawangan, tekstur punggungan terjal bebatuan.

Bawalah perbekalan secukupnya dan penerangan yang baik untuk perjalanan malam, fokus serta membawa mental yang baik ketika perjalanan menuju puncak Anjani, ambil rute mengelilingi punggungan yang terjal karena berjalan di atas pasir rawan longsor.



Salah satu sudut Danau Segara Anak di pagi hari.


Selain indah dan mengagumkan Segara Anak juga memberikan berkahnya kepada kami yaitu ikan emas dan ikan mujair yang bisa kami pancing.  Menu makan malam kami adalah ikan hasil tangkapan yang dibakar, dijadikan sup, yang  wangi lezatnya tak kalah dengan hidangan rumah makan.



Memancing di Segara Anak.




Hasil pancingan kami untuk lauk makan malam.


Selain Danau Segara Anak ada satu lagu tempat yang tidak boleh dilewatkan ketika mendaki Rinjani, yaitu Sumber Air Panas Bumi.




Perjalanan Turun Menuju Senaru Lawang

Ketinggian Plawangan Senaru 2641m dpl

Segara Anak – Plawangan Senaru: 3 jam

Plawangan Senaru – Pos III Mondokan Lolak: 2 jam

Mondokan Lolak – Pos II Montong Satas: 2 jam

Montong Satas – Pos I Senaru Lawang: 3 jam

Pagi itu hari yang cerah, pukul 06.30 pagi kami melanjutkan perjalanan setelah selesai makan dan merapikan barang-barang, bersiap untuk turun menuju Senaru Lawang. Ada berita bahwa beberapa hari yang lalu dikabarkan ada turis yang terjatuh di jalur yang akan kami lewati, Pelawangan Senaru. 

Perjalanan kami melalui Plawangan Senaru memang harus mengitari bibir danau, menanjak di antara batu dan pepohonan, melintas di jalan setapak dengan pemandangan indah jika menoleh ke bawah.

Kami tiba di Pelawangan Senaru pukul 11.00 siang, kami istirahat sejenak sambil mengunyah makanan ringan sebelum perjalanan menuju pintu rimba jalur turun ke Senaru, ini adalah jalur terakhir sebelum turun dan kami harus memijak bebatuan, menghindari debu dari tanah cokelat, dan pada akhirnya kami memasuki kawasan hutan yang memiliki banyak akar yang bisa saja menyandung kaki kami.


Jalur turun yang harus kami lalui menuju Plawangan Senaru.




Inilah Plawangan Senaru, tempat biasa para pendaki mendirikan tenda dari jalur Senaru Lawang.


Pos yang kami lalui adalah Pos III Mondokan Lolak, Pos II Montong Satas, dan akhirnya tiba di Pos I Senaru Lawang.  Selama perjalanan menuju pos I ada banyak bangunan gubuk petani untuk berteduh dari teriknya siang. Pukul 18.00 kami sampai di pintu rimba, setengah jam kami gunakan untuk beristirahat sejenak menghangatkan diri serta menikmati jajanan warung dan kami sampai di basecamp Senaru tepat pada 19.00 malam.


Inilah Senaru Lawang base camp terakhir setelah turun dari Gunung Rinjani.


Air Terjun Sindang Gile dan Tiu Kelep

Pada tanggal 10 Agustus 2015 kami mengunjungi air terjun Sindang Gile dan Tiu Kelep yang tidak terlalu jauh dari basecamp, setelah itu mampir dan mengobrol dengan ketua RT yang ada di suku Sasak di samping basecamp pendakian Senaru, sedikit lebihnya kami mengetahui bentuk rumah yang ada di sana, tempat duduk – duduk seperti gubuk yang disanggah oleh tiang kayu seperti rumah panggung, selain itu terdapat tempat penyimpanan padi yang digunakan oleh pendahulunya, bentuknya unik dan desa ini adalah suku Sasak yang paling terkenal keasliannya di Lombok.


Sign bord Air Terjun Sindang Gile dan Tiu Kelep di daerah Senaru Lawang.




Air Terjun Sindang Gile.



Air Terjun Tiu Kelep.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages